Namo Buddhaya, Selamat Datang di Pelita Kehidupan ....Semoga Semua Mahluk Berbahagia....

Rabu, 19 September 2007

Akhirnya Ku Temukan

Sebelum aku mengenalNya....langkah ku tampa arah
Dalam kegamangan aku berjalan
Dalam ke gelapan aku melangkah
Tampa arah aku terus mencoba,mencari hal yang tak pasti,semakin ku cari semakin tak pasti, dan semakin aku tak mengerti.
Aku harus mengakhiri segala yang tak pasti ini.

Kini telah ku dapati pelita penuntun jalan ku,Dhamma lah Pelitaku.
Kini langkahku mempunyai arah,ke arah mana harusku melangkah degan pasti,semakin kucari semakin ku mengerti hakekat hidup ini tak ada yang abadi,semuanya selalu berubah sampai akhirnya tercapainya "Ada" adanya bukan dibuat,bukan di cipta dan juga bukan disebabkan tetapi "Ada"



(jakarta,18-09-2007)

Senin, 17 September 2007

Kemarahan

Kehidupan ini terasa amat lucu,karena banyak orang merasa dihina,lantas menjadi marah.
Padahal dihina orang,belum tentu menjadikan dirinya hina.
Itu hanya akibat dari perbuatan hina dimasa lalu.
Pada saat seseorang yang dihina menjadi marah,kemarahan itu justru yang akan menjadi sumber dari penghinaan.


(Bhante Saddhaviro Thera)

Jumat, 14 September 2007

KEBENARAN




Jika anda dalam keadaan sulit,ingatlah bahwa segala sesuatu tidak kekal adanya (Anicca),termasuk kesulitan itu sendiri.


Dengan ingat kebenaran akan kehidupan yang tidak kekal,anda akan mampu membebaskan diri dari kesulitan yang ada tampa membuat kesulitan baru.


Masa lalu bisa dipahami pada saat sekarang,karena keadaan sekarang sebagai akibat di massa yang akan datang.
Jadi masa yang akan datang,juga bisa dipahami dari
saat sekarang.

(Bhante Saddhaviro Thera)

Senin, 10 September 2007

Arti Panji Buddhis


Enam warna sinar-Nya adalah :
1.Nila = biru.
Berarti bakti atau pengabdian. Dia telah menjadi Buddha mempunyai sifat bakti dan pengabdian yang tiada taranya kepada manusia yang menderita.

2.Pita = kuning.
Berarti kebijaksanaan, mahatahu, seorang Buddha adalah berpengetahuan luas dan mahatahu (Sarvakarajnata).

3.Rohita = merah.
Berarti kasih sayang dan welas asih. Seorang Buddha mempunyai rasa maha kasih sayang dan maha welas asih yang tidak terbatas terhadap semua makhluk. Pada seorang Buddha sudah tidak ada lagi rasa benci, sentimen, kejam, iri hati, dan dengki, yang ada pada diri-Nya hanya maha welas asih kasihan tanpa perbedaan dan perasaan bahagia bila mengetahui atau melihat orang lain dapat hidup senang dan bahagia.

4.Avadata = putih
Berarti suci. Seorang Buddha telah suci batin-Nya dan pikiran-Nya tidak dapat dikotori lagi oleh segala macam kekotoran dunia. Maka dari itu seorang Buddha atau Bodhisattva dilukiskan sebagai mutiara yang berada di atas bunga teratai (mani-padma).
Bunga teratai meskipun tumbuh dirawa yang penuh lumpur, diatas bunga teratai itulah seorang Buddha atau Bodhisattva duduk atau berdiri laksana mutiara yang putih berkilauan, yang bebas dari segala kekotoran dan tidak dapat kena kotoran karena dialasi bunga teratai.

5.Manjistha = orange, jingga.
Berarti giat, Seorang Buddha mempunyai semangat yang luarbiasa, giat menyebar Dharma kepada dewa dan manusia serta melakukan segala perbuatan baik yang berfaedah bagi orang banyak dan makhluk-makhluk lainnya.

6.Prabhasvara = bersinar-sinar, sangat terang, cemerlang merupakan warna campuran dari kelima warna tersebut diatas; berarti campuran dari kelima sifat tersebut diatas.


sumber : infobuddhis

Benci dan Cinta

sumber:Sakka Panha Sutta

Sakka mangajukan pertanyaan,"Yang Mulia,apa yang menjadi sebab munculnya Issa,Iri hati,dan Macchariya,kekikiran?"

Sakka melanjutkan pertanyaannya,"Adakah jalan untuk menyingkirkan Issa dan Macchariya?"

Sang Buddha menjawab demikian,"O raja para dewa,issa dan macchariya muncul disebabkan oleh perasaan cinta dan benci.
Jika tak ada landasan berupa cinta dan benci tak akan muncul perasaan iri hati dan kikir".

Dalam ajaran Sang Buddha,cara untuk menyingkirkan penderitaan adalah menghilangkan penyebabnya.
Cara ini seperti yang dilakukan oleh seorang dokter.
Sebelum melakukan pengobatan umumnya seorang dokter akan mencari tahu dulu sebab-sebab penyakit pasiennya.
Setelah sebab-sebabnya diketahui baru lah dokter bersangkutan memberi resep yang tepat untuk penyakit itu.
Seperti ini pulalah jawaban sang Buddha.
Bahwa cinta dan benci lah yang menjadi sebab penderitaan mahluk hidup.